Tingkatkan Nilai Ekonomi, Pelaku Usaha Ini Buat Gula Merah dari Nira Kelapa 

KILASRIAU.com - Sesuai dengan sebutannya yaitu hamparan kelapa dunia yang disematkan untuk Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) yang notabene nya adalah petani kelapa. 

Maka tidak heran bila mana masyarakat nya sangat banyak memiliki kebun kelapa yang tersebar di setiap kecamatan. Karena mereka sangat paham membudayakan perkebunan kelapa ini sangat banyak manfaatnya. 

Selain itu Kelapa juga sering disebut dengan Pohon Kehidupan, begitulah kata FG Winarno dalam bukunya. Pendapat tersebut tentu saja sangat benar dan tidak terbantahkan, mengingat sejak zaman dahulu sebagian besar masyarakat terutama di Kabupaten Inhil menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan kelapa.

Semua yang ada di pohon kelapa bisa dimanfaatkan dan menjadi nilai ekonomis, mulai dari akar, batang, ranting, daun hingga buah kelapa itu sendiri. Untuk itu para petani khususnya mampu mengolah kelapa tersebut dengan baik dan maksimal.

Seperti yang dilakukan Adi Daud, salah seorang pemuda dari Desa Teluk Kiambang, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Inhil, yang mampu mengolah air nira kelapa menjadi gula merah yang layak jual dan dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Sehingga dari usaha rumahannya itu, pria yang berusia 25 tahun ini bisa menghasilkan keuntungan kurang lebih dari Rp 5 juta perbulan.

"Alhamdulillah, satu harinya bisa dapat 15 sampai 18 kg, harga perkilonya saat ini tokeh mengambil sekitar 16 sampai 17 ribu Rupiah perkilo," ujar Adi.

Untuk menghasilkan gula merah sebanyak 15 sampai 18 kg per hari tersebut, ia harus mengambil nira dari 50 batang kelapa.

"Kelapa ini ada 100 batang, tapi setiap hari saya hanya mampu mengambil air nira dari 50 batang kelapa, yang 50 batang untuk besok. Kalo 100 batang diambil semua nggak sanggup," terang Adi.

Sedangkan pengolahannya, diakui Adi membutuhkan waktu yang cukup lama, dengan cara direbus menggunakan kayu bakar.

"Butuh waktu 2-3 jam proses merebusnya. Kayu bakar yang dipakai adalah pelepah kelapa yang sudah kering, terkadang kalau sudah habis saya beli dengan tukang kayu," tambahnya.

Setelah jadi gula merah, ia menjualnya kepada pengepul atau yang sering disebut tokeh. Untuk kemudian di pasarkan ke masyarakat luas dan tersebar di sejumlah daerah di Kabupaten Inhil. (Advertorial)
 






Tulis Komentar